Peningkatan Kualitas di Bulan Syawal

29 Oktober 2008 pukul 08.31 | Ditulis dalam Ikhtisar | 5 Komentar
Tag: , ,

Ramadhan telah usai kita jalani bersama. Selama itu kita menyaksikan fenomena khas Ramadhan, seperti masjid yang penuh sesak oleh jamaah shalat dan yang berdzikir, kotak infaq yang selalu penuh, juga kajian yang tak pernah sepi oleh para hadirin. Bagaimana kini setelah Ramadhan berlalu? Tampaknya kita selalu tergoda untuk kembali pada rutinitas yang dilakukan seperti sebelum Ramadhan. Masjid-masjid mulai sepi lagi dari jamaah dan kotak infaq mungkin tak banyak lagi isinya. Apakah kita telah menghayati arti kemenangan saat 1 Syawal tiba?

Salah satu kelemahan utama kita dalam hidup adalah kegagalan menangkap makna. Padahal kemampuan menangkap makna sangat penting. Dengan hal tersebut seseorang akan mampu menghadapi apa pun. Tanpa kemampuan itu, segala tindakan hanya akan menjadi sesuatu yang teknis dan formalitas ritual. Banyak orang yang shalat, mengaji, dan berpuasa, tapi tak memahami maknanya. Semua dilakukan secar otomatis, tanpa pemikiran maupun kesadaran.

Makna Syawal

Syawal dapat diartikan sebagai peningkatan, yakni peningkatan kualitas manusia sebagai hamba Allah (abdullah) dan mandataris Allah (khalifatullah) di muka bumi ini. Peningkatan kualitas terjadi setelah selama bulan Ramadhan kita dididik dan dilatih secara intensif oleh Allah swt dengan berpuasa dan memperbanyak amal shalih. Ramadhan merupakan tempat mendidik dan melatih aspek ruhani (madrasah ruhiyah) umat Islam. Dari madrasah tersebut akan diluluskan manusia-manusia bertakwa yang kian meningkat kualitasnya di bidang tauhid, ibadah, dan akhlak.

Di bidang akidah tauhid, manusia yang lulus dari madrasah ruhiyah akan bertambah istiqamah, bertambah kuat, tegak, dan lurus. Keberhasilan manusia di bidang ini dapat dilihat dari cintanya kepada Allah swt, Rasulullah saw, dan perjuangan/jihad. Cinta kepada Allah melahirkan ketaatan terhadap syariat agama Islam. Cinta kepada Rasul melahirkan kesanggupan diri untuk meneladani pribadi mulia Nabi Muhammad saw. Cinta kepada jihad melahirkan semangat juang di jalan Allah dengan rela mengorbankan harta dan jiwa demi menegakkan agama-Nya.

Di bidang ibadah, keberhasilan seorang lulusan madrasah ruhiyah dapat dilihat dari kekhusyukan dan ketekunannya dalam : 1) menjaga shalat wajib berjamaah di masjid, 2) menjaga shalat-shalat sunah (seperti : rawatib, dhuha, dan tahajud), 3) menjaga amalan puasa sunah (seperti : puasa Senin Kamis, puasa Daud, dan puasa hari Arafah), 4) membaca Al-Qur’an, 5) memperbanyak dzikir dan wirid, baik di hati maupun diucapkan, 6) memperbanyak doa, sebagai bentuk ibadah kita kepada-Nya, sebagai kebutuhan diri kita, dan sebagai tabungan permohonan kepada Yang Mahakuasa untuk jangka panjang, 7) memperbanyak derma, dalam bentuk zakat, infaq, dan shadaqah.

Di bidang akhlak, manusia yang lulus dari madrasah ruhiyah akan memiliki akhlak yang terpuji (mahmudah) dan mulia (karimah). Keberhasilan di bidang ini dapat dilihat dari beberapa pertanda sebagai berikut : lisannya bicara penuh ilmu dan hikmah, panca indranya dipergunakan untuk taat dan jauh dari maksiat, hasil pikirannya memberikan manfaat, hati yang bersih dari iri dengki/hasad, serta rizki yang diperolehnya halal dan thayyib.

Karena belum terlalu lama Ramadhan berlalu, tentunya masih hangat dalam hati kita bagaimana nikmatnya ibadah, berakhlak baik, dan hal positif lainnya. Hal itu mestinya dapat menjadi penyemangat bagi kita untuk meningkatkan kualitas diri pada bulan Syawal. Semoga kita termasuk orang-orang yang meningkat kualitasnya.

(Abu Abdillah Sajjad dan sumber lain)

#

Tulisan ini semula akan menjadi salah satu materi Buletin Tamtama yang direncanakan terbit pada bulan Syawal, tapi batal karena Syawal sudah berakhir pada 29 Oktober 2008 dan buletinnya belum lagi dirilis hingga kini.

Blog di WordPress.com.
Entries dan komentar feeds.