Menyongsong Jamuan Ramadhan
12 Agustus 2010 pukul 10.14 | Ditulis dalam Hikmah | Tinggalkan komentarTag: jamuan Ramadhan, khutbah Nabi Muhammad SAW
Semoga Allah memberikan umur kepada kita untuk menikmati jamuan-Nya yang sangat spektakuler, yaitu datangnya bulan Ramadhan. Jamuan Allah yang membuat orang yang putus asa jadi bisa berharap dan bangkit, yang hampir lumpuh semangatnya bisa berkobar lagi. Janji-janji Allah di bulan Ramadhan memang begitu dahsyat. Seumpama benih yang telah mati, tiba-tiba diberi pupuk yang membangkitkan kekuatan dahsyat sehingga apapun yang layu dibuatnya tegar kembali.
Jika kita menghadapi hidup ini dengan rasa berat, seakan-akan tipis harapan, maka Ramadhan adalah saat dimana Allah tidak akan mengecewakan hamba-Nya yang berharap dari keberkahan bulan ini. Seharusnya kita bersimbah air mata karena merasa sangat ingin menikmati jamuan Allah SWT pada bulan Ramadhan.
Berikut ini adalah khutbah Nabi SAW ketika menyambut bulan Ramadhan. Beliau bersabda : “Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama.
Inilah bulan ketika engkau diundang menjadi tetamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Pada bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah.Bermohonlah kepada Allah Robb-mu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingnya untuk melakukan shaum dan membaca kitab-Nya. Sungguh celaka orang yang tidak mendapatkan ampunan Allah pada bulan yang agung ini.
Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu sebagai kelaparan dan kehausan pada hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkan tali persaudaraanmu, jaga lidahmu. Tahanlah pandanganmu dari yang tidak halal kamu memandangnya, dan jagalah pula pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya. Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu.
Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tanganmu untuk berdoa dalam shalat-shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih. Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka yang memanggil-Nya dan mengabulkan mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.
Wahai manusia! Sesungguhnya diri kalian tergadai karena amal-amal kalian, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa)mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu. Ketahuilah, Allah Taala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya, bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri dihadapan Robbul alamin.
Wahai manusia! Barangsiapa di antaramu memberi (makanan untuk) berbuka kepada orang-orang mukmin yang melaksanakan shaum pada bulan ini, maka disisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan ia diberi ampunan atas dosa-dosanya yang lalu.”
Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah tidaklah kami semua mampu berbuat demikian.” Rasulullah meneruskan (khutbahnya) : “Jagalah diri kalian dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah diri kalian walaupun hanya dengan seteguk air.
Wahai manusia! Barangsiapa membaguskan akhlaknya pada bulan ini, dia akan berhasil melewati shirath pada hari ketika kaki-kaki tergelincir.
Barangsiapa meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) pada bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya pada hari kiamat.
Barangsiapa menahan kejelekannya pada bulan ini, Allah akan menahan mulut-Nya pada hari dia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa memuliakan anak yatim pada bulan ini, Allah akan memuliakannya pada hari dia berjumpa dengan-Nya.
Barangsiapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturahmi) pada bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari dia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memutuskan kekeluargaan pada bulan ini, Allah akan memutuskan daripadanya rahmat-Nya pada hari dia berjumpa dengan-Nya.
Barangsiapa melakukan shalat sunat pada bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardhu, baginya ganjaran seperti melakukan tujuh puluh shalat fardhu pada bulan yang lain.
Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku pada bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa pada bulan ini membaca satu ayat Al Qur’an maka pahalanya sama seperti mengkhatamkan Al Qur’an pada bulan-bulan yang lain.
Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhan-mu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Robbmu agar tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan dibelenggu maka mintalah agar mereka tidak pernah lagi menguasaimu.”
Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib berdiri dan berkata,”Ya Rasulullah, amal apa yang paling utama pada bulan ini?”
“Ya Abul Hasan, amal yang paling utama pada bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah Azza wa Jalla,” jawab Nabi SAW. (HR.Ibnu Khuzaiman, Ibnu Hibban, dan Baihaqi)
Kita tidak akan pernah berjumpa dengan kemudahan ampunan kecuali di bulan Ramadhan. Sebanyak dan semelimpah apapun dosa kita, sungguh Allah menjanjikan ampunan-Nya di bulan ini. Kalau kita merasa berat hidup karena lumuran dosa dan maksiat, maka ketahuilah ampunan Allah di bulan Ramadhan lebih dahsyat daripada dahsyatnya dosa-dosa kita. Kalau kita merasa gersang dan kering, maka Ramadhan adalah sarana yang paling cepat untuk mendapatkan rahmat-Nya. Kalau kita dililit utang piutang, maka Allah adalah Dzat Mahakaya yang menjanjikan terkabulnya terkabulnya doa, dilunasi-Nya apa yang kita butuhkan.
Karenanya sungguh rugi jika kita tidak bergembira ria, tidak bersemangat dalam menghadapi hidup ini. Ramadhan diawali dengan azan berkumandang, maka itulah saat setan dibelenggu, dimulainya hitungan pahala amal yang berbeda, dibukanya pintu-pintu surga, ditutupnya pintu-pintu neraka. Maka sudah selayaknya kita harus sangat bersungguh-sungguh berharap agar Allah menjamu kita dengan menyiapkan diri jadi orang yang layak dijamu oleh Allah.
(MQ)
Buletin Tamtama Akan Terbit Lagi
12 Agustus 2010 pukul 09.43 | Ditulis dalam Uncategorized | Tinggalkan komentarTanpa terasa sudah setahun berselang edisi cetak Buletin Tamtama lenyap dari peredaran. Memanfaatkan momentum awal Ramadhan 1431 H, pihak pengelola berniat menerbitkan lagi Buletin Tamtama, yang terakhir kali terbit pada bulan Agustus 2009 atau awal Ramadhan 1430 H lalu. Jika nanti jadi terbit kembali, semoga Buletin Tamtama dapat lebih konsisten hadir mewarnai dunia ini. Mohon doa restunya saja. Tak lupa, kami mengucapkan Selamat Menunaikan Ibadah Puasa dan Beramal Shalih Sebagusnya di Bulan Ramadhan nan Sarat Berkah dari Ilahi.
Buletin Absen Dua Bulan
11 November 2009 pukul 15.50 | Ditulis dalam Uncategorized | Tinggalkan komentarTag: buletin absen, mohon maaf
Telah dua bulan lekas berlalu, Buletin Tamtama belum terbit lagi edisi cetaknya dan tidak berkembang pula materinya dalam wujud blog di sini. Padahal sudah banyak peristiwa yang terjadi di bumi Indonesia ini, seperti : Idul Fitri, gempa besar di Sumatera Barat, pelantikan presiden dan para menteri, atau gonjang-ganjing KPK vs POLRI yang menjadi isu tingkat nasional. Bahkan tak lama lagi Idul Adha sudah di depan mata. Buletin terakhir dirilis pada awal Ramadhan 1430 H yang bertepatan dengan bulan Agustus 2009.
Kesibukan lain pengelola buletin membuat buletin tidak bisa hadir dalam kurun waktu dua bulan terakhir. Oleh karena itu kami mohon maaf bagi para pemerhati Buletin Tamtama di mana saja, terutama jamaah masjid Tamtama di wilayah Prawirotaman Yogyakarta. Tetap ada niat kami supaya buletin ini kembali berlanjut perjalanannya dan tidak berhenti sampai di sini. Semoga Buletin Tamtama dapat segera terbit sekian hari mendatang. Insya Allah.
Salam Redaksi Edisi Ramadhan 1430 H
27 Agustus 2009 pukul 17.18 | Ditulis dalam Uncategorized | Tinggalkan komentarAlhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kita banyak kenikmatan dan masih mengijinkan kita berjumpa kembali dengan bulan Ramadhan di tahun 1430 H ini. Segenap tim redaksi Buletin Tamtama mengucapkan “Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan”.
Lantas bagaimana cara puasa Nabi Muhammad SAW, rasul junjungan dan teladan kita umat muslim? Dalam buku ‘Fatwa-Fatwa Quraish Shihab : Seputar Ibadah Mahdah’ dijelaskan secara singkat :
Rasulullah berpuasa sambil melakukan aktivitas yang bermanfaat. Bahkan karya-karya terbesar beliau dicapai di bulan Ramadhan, seperti kemenangan dalam Perang Badar dan keberhasilan menguasai kota Makkah. Setiap Ramadhan beliau bertadarus (membaca Al-Qur’an). Beliau bangun untuk sahur menjelang fajar, dan menjelang berbuka hingga azan beliau berzikir. Isinya mengesakan Allah dan beristighfar sambil memohon surga dan ridha-Nya, serta berlindung dari neraka dan murka-Nya. Beliau berbuka dengan tiga bijin kurma kemudian shalat Maghrib. Sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, beliau tinggal di masjid untuk beri’tikaf.
Semoga kita dapat menjalankan puasa wajib beserta ibadah lainnya dengan penuh semangat dan keikhlasan, mudah-mudahan senantiasa mendapatkan ridha dan berkah dari Allah SWT. Amin. (LSP)
Makna “Marhaban Ya Ramadhan”
27 Agustus 2009 pukul 16.58 | Ditulis dalam Ikhtisar | 1 KomentarTag: ahlan wa sahlan, bulan suci, kebajikan, M.Quraish Shihab, marhaban, perjalanan, Ramadhan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “marhaban” diartikan sebagai “kata seru untuk menyambut atau menghormati tamu (yang berarti selamat datang).” Ia sama dengan ahlan wa sahlan yang juga diartikan “selamat datang.”
Walaupun keduanya berarti “selamat datang” tetapi penggunaannya berbeda. Para ulama tidak menggunakan ahlan wa sahlan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan, tetapi “marhaban ya Ramadhan”.
Ahlan terambil dari kata ahl yang berarti “keluarga”, sedangkan sahlan berasal dari kata sahl yang berarti mudah. Juga berarti “dataran rendah” karena mudah dilalui, tidak seperti “jalan mendaki”. Ahlan wa sahlan, adalah ungkapan selamat datang, yang dicelahnya terdapat kalimat tersirat yaitu, “(Anda berada di tengah) keluarga dan (melangkahkan kaki di) dataran rendah yang mudah.”
Marhaban terambil dari kata rahb yang berarti “luas” atau “lapang”, sehingga marhaban menggambarkan bahwa tamu disambut dan diterima dengan dada lapang, penuh kegembiraan serta dipersiapkan baginya ruang yang luas untuk melakukan apa saja yang diinginkannya. Marhaban ya Ramadhan berarti “Selamat datang Ramadhan” mengandung arti bahwa kita menyambutnya dengan lapang dada, penuh kegembiraan; tidak dengan menggerutu dan menganggap kehadirannya “mengganggu ketenangan” atau suasana nyaman kita.
Marhaban ya Ramadhan kita ucapkan untuk bulan suci karena kita berharap jiwa raga kita diasah dan diasuh guna melanjutkan perjalanan menuju Allah SWT. Ada gunung tinggi yang harus ditelusuri guna menemui-Nya, itulah nafsu. Di gunung itu ada lereng curam, belukar lebat, bahkan banyak perampok yang mengancam, serta iblis yang merayu, agar perjalanan tidak berlanjut. Bertambah tinggi gunung didaki, bertambah hebat ancaman dan rayuan, semakin curam dan ganas pula perjalanan. Tetapi bila tekad tetap membaja, sebentar lagi akan tampak cahaya benderang, dan saat itu, akan tampak dengan jelas rambu-rambu jalan, tampak tempat-tempat indah untuk berteduh, serta telaga-telaga jernih untuk melepaskan dahaga. Dan bila perjalanan dilanjutkan akan ditemukan kendaraan Ar-Rahman untuk mengantar sang musafir bertemu dengan kekasihnya, Allah SWT. Demikian kurang lebih perjalanan itu dilukiskan dalam buku Madarij As-Salikin.
Tentu kita perlu mempersiapkan bekal guna menelusuri jalan itu. Tahukah Anda apakah bekal itu? Benih-benih kebajikan yang harus kita tabur di lahan jiwa kita. Tekad yang membaja untuk memerangi nafsu, agar kita mampu menghidupkan malam Ramadhan dengan shalat dan tadarus, serta siangnya dengan ibadah kepada Allah melalui pengabdian untuk agama, bangsa dan negara. Semoga kita berhasil, dan untuk itu mari kita buka lembaran Al-Qur’an mempelajari bagaimana tuntunannya.
(M.Quraish Shihab)
Kalau Saja Setiap Bulan Itu Ramadhan
27 Agustus 2009 pukul 15.31 | Ditulis dalam Hikmah | 2 KomentarTag: puasa, puisi, Sarra Risman
Kita tidak akan krisis silaturahmi antar manusia
Karena kita akan rela membuang-buang pulsa
Untuk meng-sms saudara, rekan, dan sahabat kita
Sekedar mengucapkan selamat berpuasa
Para pekerja tidak akan terlambat pulang lagi
Karena mereka harus mengejar jamaah tarawih
Sambil mendengarkan ceramah di malam hari
Yang mungkin saja bisa menyejukkan hati
Tidak ada lagi yang disebut-sebut dunia gemerlap
Karena setelah isya, orang terburu-buru terlelap
Agar tidak terlambat bangun untuk sahur nanti
Agar tidak loyo, lemas dan lapar sepanjang hari
Shalat subuh tidak akan pernah lagi kesiangan
Karena sejak imsak kita memerlukan waktu untuk menurunkan makanan
Acara kuliah pagi di televisi pun jadi dinantikan
Sekedar menunggu datangnya kumandang azan
Anggota keluarga akan menjadi lebih dekat, akur dan gembira
Karena mau tidak mau, mereka jadi harus makan pagi dan malam bersama-sama
Sehingga ada waktu saling bercanda dan bercerita
Bercengkrama atau sekedar memijit bahu ibunda
Mungkin akan lebih sedikit kaset lagu yang ada di pasaran
Karena orang akan lebih memilih untuk mendengar untaian ayat al-qur’an
Atau sekedar berzikir dalam hati dengan perlahan
Dan mengurangi intensitas membicarakan orang-orang dari belakang
Kita tidak usah begitu khawatir dengan apa yang ditonton anak kita
Juga yang bisa dibeli dengan uang jajan mereka
Karena hampir semua tayangan televisi tiba-tiba bernuansa agama
Dan semoga komik dan vcd porno sulit ditemukan dimana-mana
Orang akan menjadi rajin sekali mengaji
Bahkan mereka yang tadinya tidak pernah menyentuh Qur’an sama sekali
Yang sudah rajin pun akan membacanya
di waktu-waktu yang tidak biasa
Hanya untuk mengais pahala yang dijanjikan-Nya
Beragam ide masakan atau kue akan terus dicoba dan dicicipi
Karena tidak mungkin kita berbuka dengan menu yang itu-itu lagi
Waktu azan maghrib pun menjadi saat yang selalu dinanti-nanti
Yang sebelumnya biasanya kalah dengan kesibukan atau acara-acara asyik di televisi
Dokter dan obat-obatan tidak begitu lagi diperlukan
Karena konon puasa itu sangat menyehatkan
Membuang racun-racun yang sudah lama bersemayam di badan
Dan bagi sebagian kita, puasa juga diharapkan dapat menurunkan angka yang tertera di timbangan
Segala amalan sunah tiba-tiba akan jadi rajin terlaksana
Hanya karena katanya ibadah sunah dihitung wajib pahalanya
Ibadah-ibadah yang rasanya belum pernah kita lakukan sebelumnya
Seperti tahajud, itikaf, mengaji dan juga sedekah
Islam tak akan pecah belah seperti sekarang ini
Rasa keagamaan dan toleransi beragama akan menjadi kuat sekali
Aurat-aurat yang biasanya tampak, sekarang jadi tertutup rapi
Kata-kata dan perilaku tak sopan untuk sementara jadi tersembunyi
Masjid-masjid dipelosok kampung maupun di kota seakan menjadi aula
Dimana masyarakat akan terlihat berduyun-duyun datang kesana
Tempat berkumpulnya mereka yang tua, muda, remaja atau setengah baya
Orang-orang yang sama yang sebelumnya jarang memakai peci, sarung atau mukena
Yang jelas kita pasti bertambah ilmu
Tiba-tiba kita jadi rajin membuka-buka buku
Buku agama yang sudah sebelas bulan terakhir tertutup debu
Karena kita terlalu sibuk untuk hanya sekedar menyentuh
Akan lebih banyak mengalir air mata
Mereka yang baru menyadari tumpukan dosa
Menyesali semua perbuatan khilaf dan salah
Keinsyafan yang biasanya bertahan sebulan saja
Sepuluh hari terakhir, masjid-masjid menjadi rumah kedua setiap malam
Mengejar berkah yang katanya lebih baik dari seribu bulan
Sembari sibuk mengukur kain baru untuk pakaian
Dan mengaduk adonan kue-kue untuk lebaran
Tiada lagi yang miskin papa dan minta-minta
Karena harta sedikit dibagikan lewat zakat fitrah
Sehingga mereka yang fakir akan ikut tahu bagaimana rasanya menjadi kaya
Walaupun memang itu terjadi setahun sekali saja
Kita akan punya 12 mukena, sarung, baju dan sepatu baru setiap tahunnya
Kita akan sibuk pamer kekayaan pada semua
Namun disisi lain, juga jarang ada yang iri, dengki, dendam, dan marah
Karena kita sudah bermaaf-maafan pada semua setelah shalat hari raya
Semakin banyak orang yang sukses dan bahagia
Karena semakin banyak yang menadahkan tangan untuk berdoa
Yang jelas kita akan semakin mendapat pahala
mungkin sangat membantu agar bisa masuk surga
Ramadhan tidak akan menjadi begitu istimewa seperti sekarang ini
Hidup akan berjalan selayaknya sehari-hari
Maksiat akan ditemukan dimana-mana setiap kali
Dan Ramadhan akan menjadi tidak bermakna lagi
Ah…kalau saja setiap bulan itu Ramadhan…
(Puisi karya Sarra Risman)
Puasa dalam Lintasan Sejarah
27 Agustus 2009 pukul 14.58 | Ditulis dalam Ikhtisar | 1 KomentarTag: puasa, sejarah
Puasa tidak hanya diwajibkan kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya. Jauh sebelum masa Rasulullah, kewajiban puasa telah disyariatkan dengan penerapan yang berbeda-beda. Samirah Sayid Sulaiman Bayumi, tokoh fiqih kontemporer dari Mesir mencatat perbedaan syariat itu. Menurut catatannya, Nabi Nuh AS berpuasa sepanjang tahun. Nabi Daud AS juga melaksanakannya dengan cara sehari berpuasa, sehari berbuka, dan seterusnya. Sedangkan Nabi Isa AS bepuasa satu hari dan berbuka dua hari atau lebih. Adapun untuk Nabi Muhammad SAW dan umatnya, puasa ditetapkan sebulan penuh pada bulan Ramadhan yang dilaksanakan pada siang hari.
Sumber lain menyebutkan bahwa orang Mesir kuno –sebelum mereka mengenal agama samawi- telah mengenal puasa. Dari mereka praktik puasa beraih ke orang Yunani dan Romawi. Puasa juga dikenal dalam agama penyembah bintang, demikian pula dalam agama Budha, Yahudi, dan Kristen. Ibn an-Nadim dalam bukunya al-Fahrasat, sebagaimana dikutip Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah, menyebutkan agama para penyembah binatang berpuasa 30 hari dalam setahun, ada pula puasa tidak wajib 16 dan 27 hari. Dalam agama Budha pun dikenal puasa sejak terbit sampai terbenamnya matahari. Mereka melakukan puasa empat hari dalam sebulan. Orang Yahudi mengenal puasa 40 hari dan beberapa puasa untuk mengenang nabi-nabi atau peristiwa penting dalam sejarah mereka. Dalam agama Kristen pun puasa ada. Kendati dalam kitab Perjanjian Baru tidak ada isyarat tentang kewajiban puasa, tapi dalam praktik keberagamaan mereka dikenal beragam puasa yang ditetapkan oleh para pemuka agama. (Hidayah)
Salam Redaksi Edisi Juli 2009
27 Juli 2009 pukul 15.02 | Ditulis dalam Uncategorized | Tinggalkan komentarProses pemilihan presiden di negara kita -alhamdulillah- telah berlangsung dengan damai dan relatif baik pada awal Juli 2009. Pilpres pun cukup dilaksanakan satu putaran. Kita bersama telah menggunakan hak kita untuk memilih pemimpin yang terbaik. Jika tiada aral melintang, pasangan SBY dan Boediono -insya Allah- akan menjadi duet pemimpin kita selama lima tahun mendatang. Semoga Allah swt senantiasa memberikan petunjuk, bimbingan, serta hidayah-Nya kepada beliau berdua, supaya selalu arif bijaksana dalam menjalankan amanat, demi kesejahteraan kita bersama. Sayangnya, ledakan bom kembali mengguncang Jakarta pada pertengahan Juli 2009. Korban kembali berjatuhan dan tercetak lagi titik hitam dalam sejarah Indonesia. Kita semua pasti mengecam keras ulah teroris yang ‘berani mati’ tapi ‘takut hidup’ dengan meledakkan bom bunuh diri itu. Semoga siapa pelaku dibalik peledakan bom di kawasan Mega Kuningan itu segera terungkap dan diproses sesuai hukum yang berlaku di negara kita. Di sisi yang lain, semoga kita senantiasa mampu menjaga kerukunan dan persatuan, serta tak lupa pula berdoa, semoga Allah swt selalu memberikan berkah, keselamatan, pertolongan, dan perlindungan bagi kita semua. Hasbunallahu wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nashir. Allahuma amin.(LSP)
Blog di WordPress.com.
Entries dan komentar feeds.